Powered By Blogger

Kamis, 10 Juni 2010

Teori-Teori Komunikasi Berdasarkan Empat Perspektif Ilmu

Teori-Teori Komunikasi

Berdasarkan Empat Perspektif Ilmu

Dalam mengkaji perspektif teori komunikasi, diperlukan contoh teori-teori komunikasi yang dipengaruhi oleh masing-masing perspektif. Dengan contoh teori, pemahaman akan empat perspektif teori, yaitu positivisme, post-positivisme, interpretif, dan kritis akan menjadi lebih jelas. Perspektif Di bawah ini adalah empat teori yang masing-masing dipengaruhi oleh perspektif yang berbeda.

1. Teori yang dipengaruhi perspektif positivisme: Teori Agenda Setting.

Teori ini dipengaruhi oleh pandangan positivisme karena memandang media sebagai sebuah alat/mesin yang kaku. Teori agenda setting memiliki sebuah keteraturan relasi sosial antara audiens dan media, yang menganggap audiens dapat terpengaruh oleh keadaan yang sengaja disetting oleh media. Media massa dapat mempengaruhi pemikiran diantara individu-individu. Media massa tidak menentukan “what to think” namun mempengaruhi “what to think about”.

Pandangan positivisme dari teori ini melihat adanya hubungan deduktif (sebab akibat) antara konstruksi realitas media dengan perilaku audiensnya. Pandangan rakyat terhadap pemerintah dapat berubah karena adanya berita yang ‘direkayasa’ oleh media yang sebenarnya juga memiliki kepentingan lain di bidang politik.

2. Teori yang dipengaruhi oleh perspektif post-positivisme : Teori Spiral Kebisuan (Noelle-Neumann: 1974)

Perspektif post-positivisme menentang bahwa komunikasi adalah suatu keteraturan dan memiliki hubungan timbal balik. Teori-teori yang dipengaruhi pandangan ini akan menekankan penalaran induktif dan lebih fokus pada tindakan manusia yang ekspresif. Teori spiral kebisuan (spiral of silence) yang dikemukakan oleh Neumann merupakan salah satu teori yang dipengaruhi oleh pandangan ini. Efek media tidak disebabkan karena kontruksi atau pengaruh langsung dari media, namun karena adanya perasaan takut dikucilkan dari suara mayoritas.

Seorang yang minoritas memilih untuk diam dalam pembicaraan jika opininya berbeda dengan opini yang dikontruksi oleh media massa.Kajian teori ini melakukan pendekatan dengan meneliti audiens, tidak hanya secara kuantitatif, namun lebih meneliti kualitatif yaitu pengaruh psikis dari audiens.

3. Teori yang dipengaruhi oleh perspektif interpretif : Teori Negosiasi Wajah (Face-negotiation Theory) dalam komunikasi interpersonal.

Wajah mampu menyiratkan banyak makna dari pada kata-kata. Dalam komunikasi interpsonal, melihat makna yang ada dalam mimik wajah merupakan hal yang penting. Dengan melihat ekspresi wajah, kita dapat mengetahui suasana hati orang yang kita ajak berkomunikasi. Dalam teori negosiasi wajah yang dicetuskan oleh Stella Ting-Tomey, kebudayaan setempat mengenai ekspresi wajah mampu mengurangi konflik. Teori ini dipengaruhi oleh pandangan interpretif karena menaruh perhatian yang besar pada pemaknaan akan simbol. Wajah mempunyai banyak makna. Dalam teori ini, dengan mengetahui pemaknaan akan wajah, dapat mengurangi konflik.

4. Teori yang dipengaruhi oleh perspektif kritis : Teori Media Politik-Ekonomi (Mc.quail).

Teori media politik ekonomi mengemukakan adanya ketergantungan ideologi pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian pada struktur kerja kekuatan pasar. Dalam teori ini, media merupakan bagian dari sistem ekonomi dan berkaitan erat dengan sistem politik. Media massa mengarahkan audiens pada pemasang iklan dan membentuk perilaku ekonomi publik sampai tahap tertentu. Pemegang modal dan mendukung media akan lebih mudah menggunakan kekuasaannya daripada pemegang modal yang tidak menggunakan media massa sebagai alat pemasaran.

Teori ini sangat dekat dengan teori marxis dan sama-sama memberikan pandangan lain terhadap teori komunikasi massa yang ada sebelumnya. Teori ini memberikan kritik terhadap pendekatan positivistik yang menganggap media sangat kaku dan hanya meneliti efek saja. Secara kritis, teori media politik-ekonomi mampu melihat adanya kepentingan ekonomi dan politik di dalam pemberitaan, iklan, maupun penempatan rubrik di media massa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar