Powered By Blogger

Selasa, 21 Desember 2010

teknologi komunikasi


OPINI SAYA TENTANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Teknologi komunikasi bukan hal asing bagi masyarakat dunia sekarang ini. Teknologi dibuat untuk memudahkan kehidupan manusia. Dengan kemampuan akalnya manusia terus berusaha mengembangkan teknologi. Karena teknologi komunikasi merupakan produk pikiran manusia, maka teknologi komunikasi lebih dari sekedar alat, dia juga membawa nilai-nilai dari budaya mana manusia pembuatnya berasal. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, teknologi komunikasi berkembang semakin pesat. Perkembangan di bidang teknologi komunikasi ini dapat membantu kita memetakan atau membuat fase-fase terhadap perkembangan ilmu Komunikasi, bahkan sejarah peradaban manusia. Terkait dengan teknologi komunikasi, kita mengenal era komunikasi ritual, sosial, tulisan, media cetak, media elektronik sampai yang terbaru, era media digital.
Secara sederhana, teknologi dapat didefinisikan sebagai pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mendahului sains dan teknik (id.wikipedia.org). Sementara itu, “komunikasi” secara sederhana dapat dinyatakan sebagai proses pentransmisian dan pentransaksian pesan dari satu pihak ke pihak lainnya, baik termediasi maupun tidak. Dengan demikian, “teknologi komunikasi” dapat dijelaskan sebagai alat, mesin atau material yang membantu manusia menyelesaikan masalah dalam berkomunikasi. Kata “teknologi komunikasi” sering rancu dengan “teknologi informasi”. Menurut saya, teknologi komunikasi mengandung aspek yang lebih dinamis, karena membantu manusia menyelesaikan masalah dalam berkomunikasi sementara teknologi informasi, secara sederhana, dapat diartikan sebagai proses penerpan teknologi dalam mengolah informasi (data dan sebagainya) dengan bantuan komputer dan perangkat telekomunikasi lainnya.
Seperti telah disebutkan di atas, teknologi komunikasi hadir untuk membantu manusia menyelesaikan masalahnya dalam berkomunikasi. Sebagai ilustrasi, jika dulu manusia berkomunikasi via telepon dengan manusia di tempat lain hanya bisa mendengar suara, maka sekarang dengan bantuan web camera di komputer multimedia atau teknologi 3G pada telepon selular kita bahkan dapat melihat lawan bicara kita. Dengan demikian, teknologi komunikasi mampu meningkatkan kemampuan indrawi manusia, sejauh ini indra penglihatan dan pendengaran, karena belum ditemukan teknologi yang bisa digunakan untuk membantu manusia ‘membaui’ atau ‘menyentuh’ lawan bicara. Dengan teknologi komunikasi, manusia dapat berhubungan dengan manusia-manusia di belahan bumi lainnya tanpa dibatasi oleh sekat-sekat waktu dan geografi. Oleh karena itu tidak berlebihan bila teknologi komunikasi di era sekarang ini mampu mewujudkan konsep dari Marshall McLuhan tentang “global village”.
Namun seperti halnya koin mata uang, teknologi komunikasi juga memiliki dua sisi. Di satu sisi dia memudahkan dan menyenangkan manusia, namun di sisi lain dia juga menghadirkan ambivalensi. Masyarakat kita sekarang tidak hanya dilanda antusiasme terhadap teknologi komunikasi, tetapi juga kebingungan bahkan kecemasan. Sebagai contoh, kehadiran new media (media baru) dengan komputer sebagai katalisatornya, membuat arus informasi mengalir begitu deras, sehingga membuat bingung mana yang harus dipercaya dan yang tidak. Ada pula kekhawatiran soal ‘kecanduan’ terhadap media baru yang bisa berakibat pada ‘isolasi sosial’. Belum lagi komunitas virtual yang terkadang melabrak tatanan moral, sistem nilai dan norma yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Contoh mudahnya, cybercrime dan pornografi via internet. Pada titik ini, dapat dikatakan seperti yang diungkapkan McLuhan, “we makes our tools and they in turn shape us”.
Oleh karena itu, untuk menghadapi dan menyikapi teknologi komunikasi, manusia perlu “berdaya”. Kita tidak perlu menghindari atau bahkan paranoid terhadap teknologi komunikasi, asalkan bijak menyikapinya. Karena orientasi awalnya untuk memudahkan kehidupan manusia, selain yang negatif, banyak hal positif yang dapat kita petik dari teknologi komunikasi. Sebagai contoh, pengalaman pribadi saya dengan telnologi komunikasi. Saya membantu kakak sepupu saya mencari donatur untuk membantu membiayai pengobatan matanya yang terkena glukoma, dan berhasil didapatkan. Berkat teknologi komunikasi, pencarian dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien daripada jika harus ‘berjuang’ lewat dunia nyata. Kebetulan sepupu saya itu tinggal di kota kecil yang belum memiliki rumah sakit khusus mata.
Berdaya di sini maksudnya dapat menghadapi dan menyikapi teknologi komunikasi dengan kewaspadaan, sikap terbuka, kritis dan skeptis (tidak mudah percaya). Dengan demikian kita dapat menggunakan teknologi komunikasi sesuai kebutuhan informasi kita dan dapat menghindari konsekuensi sosial dan kultural yang bernilai negatif dari teknologi komunikasi tersebut. Persoalannya, belum semua masyarakat kita (Indonesia), “berdaya” dalam menyikapi teknologi komunikasi. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk memberdayakan masyarakat dalam menghadapi dan menyikapi teknologi komunikasi, menurut saya, adalah lewat pendidikan.