Powered By Blogger

Kamis, 10 Juni 2010

SEJARAH MEDIA MASSA DI INDONESIA e - INDONESIA

I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu melahirkan peradaban baru yang menuntut manusia untuk selalu berpikir, bergerak, dan berperan aktif dalam interaksi komunikasi yang semakin pesat. Teknologi informasi pun telah membuka mata dunia akan sebuah dunia baru; interaksi baru dalam dunia tanpa batas. Pada akhirnya lahirlah masyarakat komunikatif yang perlahan bergerak mulai menjamah kemahiran teknologi. Masyarakat komunikatif yang semakin haus akan informasi tersebut mulai menyadari akan pentingnya sebuah perangkat baru yang memudahkan mereka dalam berkomunikasi tanpa batas, dan jawaban dari hal tersebut adalah internet.

Penemuan telegram, telepon, radio, dan komputer merupakan rangkaian kerja ilmiah yang menuntun menuju terciptanya internet yang lebih terintegrasi dan lebih berkemampuan dari pada alat-alat tersebut. Internet memiliki kemampuan penyiaran ke seluruh dunia dan sebagai media untuk berkolaborasi dan berinteraksi antara individu dengan komputernya tanpa dibatasi oleh kondisi geografis.

Kini perkembangan teknologi yang disebut internet telah mengubah pola interaksi masyarakat dalam segala aspek kehidupan, yaitu interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Perkembangan teknologi yang memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan maupun pemerintah dan telah membuat revolusi dunia komputer dan dunia komunikasi yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Internet merupakan salah satu bentuk nyata dari konvergensi, di mana unsur-unsur telekomunikasi, media, dan informatika menjadi terintegrasi. Percakapan telepon baik lokal, interlokal, maupun internasional, dapat dilakukan melalui teknologi internet. Demikian juga kegiatan media dalam bentuk penyiaran dan informasi dari pers dapat diselenggarakan melalui medium internet. Inilah beberapa kelebihan dari internet sebagai media baru dalam era komunikasi interaktif.

II. PEMBAHASAN

A. Sejarah Internet Dunia

Internet berawal dari diciptakannya teknologi jaringan komputer sekitar tahun 1960[1]. Pada awal diciptakannya, jaringan komputer dimanfaatkan oleh angkatan bersenjata Amerika untuk mengembangkan senjata nuklir. Amerika khawatir jika negaranya diserang maka komunikasi menjadi lumpuh. Untuk itulah mereka mencoba berkomunikasi dan menukar informasi melalui jaringan komputer. Setelah angkatan bersenjata Amerika dunia pendidikan pun merasa sangat perlu mempelajari dan mengembangkan jaringan komputer. Salah satunya adalah Universitas of California at Los Angeles (UCLA). Akhirnya tahun 1970 internet banyak digunakan di unversitas-universitas di Amerika dan berkembang pesat sampai saat ini. Agar para pengguna komputer dengan merek dan tipe berlainan dapat saling berhubungan, maka para ahli membuat sebuah protokol yang sama untuk dipakai di internet dengan nama TCP atau Transmission Control Protocol dan IP atau Internet Protocol.[2]

National Sciense Foundation (NSF) melanjutkan proyek ini dengan menciptakan jaringan NSFnet berdasarkan teknologi IP dari ARPAnet menggunakan saluran telepon sebagai saluran transmisi. Karena biayanya terlalu tinggi, pihak NSF memutuskan mambuat alternatif dimana komputer akan berhubungan dengan jaringan lokal, kemudian jaringan lokal ini meneruskannya ke jaringan komputer lainnya.

Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wide Web[3] yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, dan musik dapat ditampilkan dalam internet.[4] Karena penemuan inilah internet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi. Dahulu internet hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu dan dengan komponen tertentu saja. Tetapi saat ini orang yang berada di rumah pun bisa terhubung ke internet dengan menggunakan modem dan jaringan telepon. Selain itu, internet banyak digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga militer di seluruh dunia untuk memberikan informasi kepada masyarakat.

B. Sejarah Internet di Indonesia

Di Indonesia jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia, yaitu UINET oleh Dr. Joseph F.P. Luhuley, seorang doktor Filosofi Ilmu Komputer dari Amerika Serikat. Jaringan tersebut dibangun dalam waktu empat tahun. Selain itu pula ia membangun Uninet (University Network) di lingkungan Departemen dan Kebudayaan. Uninet merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih luas, yaitu meliputi kampus UI, ITB, IPB, UGM, ITS, UNHAS, dan Ditjen Dikti.[5]

Hingga pertengahan tahun 1990-an jangkauan internet di Indonesia semakin meluas, merambah hingga ke pihak-pihak yang bahkan tidak memiliki komputer atau sambungan telepon di rumahnya. Akses internet terhadap publik yang semakin luas ini tentu jauh dari pengawasan dibandingkan telepon dan faks untuk umum. Tak ada data yang mampu menyebutkan tentang siapa pengguna internet. Dari segi teknis terdapat kesulitan untuk menyensor arus pesan di internet. Hal ini pula yang nantinya menjadi sebuah problem penting pada masa rezim Soeharto.

Pada awal perkembangannya, internet dimulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat non-komersial, seperti kegiatan-kegiatan berbasis hobi, dan dalam perkembangan selanjutnya kebanyakan diprakarsai oleh kelompok akademis atau mahasiswa dan ilmuwan yang sebagian pernah terlibat dengan kegiatan berbasis hobi tersebut melalui upaya membangun infrastruktur telekomunikasi internet. Peranan pemerintah Indonesia dalam perkembangan jaringan internet di Indonesia memang tidak banyak, namun juga tidak dapat dikesampingkan, karena mereka juga turut berperan dalam berkembangnya sebuah sistem informasi di dalam internet yang kemampuan aksesnya tinggi atau sering disebut dengan Information Superhighway.

Information Superhighway[6] telah mencapai Indonesia pada awal 1990-an. Kehadiran ini disambut hangat oleh kalangan pecinta teknologi pada masa Orba yang saat itu dipelopori oleh B.J. Habibie sebagai Menristek (1978-1998). Pada 1986 Dewan Riset Nasional, di bawah naungan Habibie, merekomendasikan pembangunan jasa informasi Iptek, dan pada 1989 ide ini terlaksana menjadi sebuah rancangan jaringan informasi IPTEKnet.[7]

Pihak-pihak di bawah naungan Habibie dengan gencar mempromosikan penggunaan internet. Pada pertengahan 1990-an dibangun perusahaan-perusahaan internet komersial pertama, seperti RADNET. ISP (Internet Service Providers) komersil semakin menjamur dan jumlahnya terus meningkat pada rentang tahun 1995-1996.

Membanjirnya pengguna internet dan ISP yang mendominasi kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta menunjukan eksistensi internet yang mulai hadir di media dan di dunia politik. Berbagai kalangan mulai memanfaatkan internet sebagai media utama. Kalangan bisnis yang menawarkan iklannya di media mulai beralih dari media lama seperti suratkabar ke internet. Bagaimanapun juga, internet memberi keuntungan dalam segi bisnis semacam itu, salah satunya karena internet menawarkan harga iklan yang lebih murah melalui server WWW (World Wide Web) dibandingkan harga pasang iklan di suratkabar. Media cetak seperti suratkabar-suratkabar besar (Kompas, Media Indonesia, dan Republika) juga mulai membuka akses secara on-line di internet dan secara reguler telah memiliki bagian yang tetap di internet. Internet ditawarkan sebagai sarana jitu untuk jasa pekerjaan, menyampaikan informasi mengenai kemajuan medis terbaru, melakukan pemesanan perjalanan, data pendidikan, dan kebudayaan sebagai jendela dunia.[8]

Seperti negara lain di Asia tenggara, sejarah internet Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-an[9]. Dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam hal ketersambungannya (the least-networked), namun pada akhirnya perkembangan yang terjadi menunjukkan jumlah yang sangat signifikan. Jumlah pengguna internet bertambah dari tahun ke tahun.

Tabel Peningkatan Jumlah Pelanggan dan Pengguna Internet[10]

No

TAHUN

PELANGGAN

PENGGUNA

1.

1996

31000

110000

2.

1997

75000

384000

3.

1998

134000

512000

4.

1999

256000

1000000

5.

2000

760000

1900000

6.

2001

1680000

4200000

Sumber: APJII

Akhir tahun 1995 data menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 15.000 pengguna, dan pada akhir 1996 sudah tercatat sekitar 40.000 pelanggan.[11] Memang pada tahun 2001 terjadi kelesuan, namun itu bersifat sementara karena efek dari krisis global yang sedang di alami, disamping pengaruh tragedi penghancuran Gedung WTC sebagai simbul pusat perekonomian dunia. Efek dan pengaruh global ini bisa dilihat dengan penurunan jumlah registran untuk domain id yang mencapai 17,9 % dari jumlah registran pada tahun 2000, yaitu dari angka 4264 registran turun menjadi 3501 registran. Namun penurunan permintaan domain id tersebut tidak serta merta berbanding lurus dengan pengingkatan jumlah pelanggan internet karena justru pada tahun 2001 persentasi jumlah pelanggan internet menunjukan kenaikan angka yang sangat tinggi, yaitu 121%, dari 760000 pelanggan meningkat menjadi 1.680.000 pelanggan.

Namun dibanding dengan negara-negara asia yang lebih maju, seperti Singapura, Taiwan dan Hongkong, Indonesia masih ketinggalan jauh. Indikasi yang kuat adalah masih terbatasnya jumlah pelanggan internet yang baru berkisar 1.680.000 pelanggan sampai dengan tahun 2001 (APJII) atau tidak lebih 5 persen dari total jumlah rumah tangga di perkotaan. Dibandingkan dengan negara-negara Asia yang tersebut di atas, yang lebih matang pasar internetnya seperti Singapura yang telah memiliki pelanggan sebanyak 47,4 persen dari jumlah rumah tangga maka kondisi pasar internet di Indonesia masih ketinggalan jauh. Sedangkan sebagai pembanding yang lainnya adalah di Taiwan dan Hongkong yang masing-masing 40 persen dan 26,7 persen dari jumlah rumah tangga (Newsbyte, 2001). Contoh lainnya adalah China yang berpenduduk lebih dari satu milyar telah memiliki tidak kurang dari 24 juta pemakai internet dengan tingkat penetrasi mencapai 7 persen terhadap penduduk di atas usia 5 tahun (Iamasia, 2001). Ditinjau dari gambaran statistik di atas maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat pengguna internet di Indonesia masih baru taraf pengenalan atau masih merupakan pasar yang baru muncul.

C. Perkembangan Internet di Yogyakarta

Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memegang peranan penting dalam perkembangan internet. Perkembangan internet yang cukup pesat di sini lebih banyak disebabkan karena kota ini memiliki peluang pasar internet yang cukup besar, mengingat Yogyakarta sebagai kota universitas. Bahkan dibandingkan Jakarta dan Surabaya yang jumlah penduduknya lebih banyak daripada Yogya, penawaran jasa internet di Yogya lebih ideal dan berkembang pesat hingga akhir 1996.

Pada Desember 1996, tiga fasilitas akses Internet untuk umum mulai dibuka, dan dua diantaranya berada di tengah lokasi kampus.[12] Sebuah café internet yang bernama warnet Maga dibuka pada 17 September. Antusiasme masyarakat Yogya, yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa, dalam menyambut datangnya Internet begitu besar. Terlihat ketika kerumunan anak muda memenuhi warnet Maga, yang saat itu menawarkan akses bebas biaya pada minggu pertama. Warnet Maga hampir tidak pernah sepi pengunjung. Sepanjang jam bukanya, dari pukul 9 pagi hingga pukul 10 malam, warnet ini selalu dipenuhi mahasiswa-mahasiswa yang ingin merasakan kebebasan baru dalam melihat dunia.

Tidak jauh dari warnet Maga, di jalan Simandjuntak, di sisi barat kampus UGM, Pujayo.C@fe.Net berdiri pada 9 September. Pada 12 September, Wasantara-net, ISP nasional yang didirikan oleh jasa pos pemerintah mulai beroperasi. Setelah membuka sambungan untuk bisnis dan klien perorangan di Yogya pada Februari 1996, hingga September 1996 Wasantara telah memiliki klien sebanyak 700 orang.

Perkembangan pesat Internet di Yogya selain karena peluang pasar yang ideal di tengah-tengah kampus, juga lebih disebabkan karena regulasi pemerintah terhadap Internet terasa ringan. Ijin-ijin untuk membuka café internet mudah didapatkan sehingga dalam waktu singkat café-café internet di Yogya mulai menjamur.

D. Peranan Internet dalam Dunia Politik Masa Orde Baru

Secara keseluruhan memang masih dapat dikatakan bahwa internet relatif baru dikenal oleh masyarakat Indonesia dan frekuensi pemakainnya pun belum terlalu banyak. Namun perkembangan internet di Indonesia telah menunjukan perkembangan yang signifikan. Internet telah menjangkau berbagai bidang kehidupan, termasuk yang berkaitan dengan kepentingan politik.

Perkembangan internet sebagai media politik banyak ditemukan di Indonesia ketika masa Orde Baru, dimana pada masa itu pengawasan dan sensor terhadap media terutama yang bersangkutan dengan kepentingan politik sangat ketat. Pada masa rezim Soeharto internet menjadi pegangan utama kaum oposisi untuk menghindari sensor media siaran yang diterapkan pada masa Orde Baru. Di sinilah mulai terlihat bahwa internet, dengan segala keterbukaannya, memainkan perannya dalam dunia politik, termasuk ketika hari-hari terakhir dalam proses tumbangnya rezim Soeharto.

Pada awal perkembangannya, minat untuk mengakses informasi politik di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan akses situs-situs pornografi. Warnet di Yogya misalnya, menyiratkan bahwa permintaan akan situs pornografi tergolong rendah.[13] Klien lebih tertarik untuk mengakses informasi politik, riset akademik, dan kejadian-kejadian terbaru serta segala sesuatu yang terjadi pada pemerintah masa itu.

Telah dikatakan sebelumnya bahwa kesulitan dalam menyensor arus informasi di internet, dan yang terutama informasi politik, menjadi sebuah masalah yang menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah pada masa Soeharto. Masyarakat, kaum oposisi, dan mahasiswa menggunakan internet sebagai media yang mengkritisi pemerintah bahkan sering dengan jelas menentangnya. Dalam hal ini pemerintah tidak berdaya menangkal informasi politik yang kritis tersebut karena dengan internet informasi dapat dengan cepat disiarkan ke berbagai daerah yang berbeda sekalipun, serta menjangkau publik yang begitu luas. Sebuah bukti bahwa internet mampu menantang pengawasan ketat yang diterapkan rezim Orde baru.

Salah satu tantangan pemerintah Orde Baru yang sangat populer pada masa itu adalah majalah Tempo yang terbit secara on-line dengan nama Tempo Interaktif. Sekitar 40.000 orang mengakses Tempo Interaktif yang setiap harinya terbit dengan isu-isu politik terhangat mengenai pemerintah. Akibatnya Tempo dilarang terbit pada Juni 1994.

Tantangan dalam internet yang tidak kalah berartinya bagi pemerintah Orde Baru adalah munculnya sebuah list diskusi rancangan John MacDougall dari Amerika yang sukses besar di Indonesia. List diskusi yang lebih popular disebut apakabar ini menjadi sebuah sarana yang paling populer untuk menyatakan pendapat dan pikiran secara bebas dan terbuka.

Dibandingkan suratkabar yang terbit di Indonesia, apakabar memuat berita politik yang sensitif dan mampu melaporkan berbagai kejadian penting yang terjadi, seperti Peristiwa Kekacauan 27 Juli 1996, beberapa jam setelah peristiwa berlangsung. Apakabar mampu melaporkan peristiwa tersebut secara rinci dan mengedarkan informasi tersebut seluas mungkin dalam waktu yang singkat. Padahal, saat itu semua suratkabar, tv, radio, dan sumber informasi lainnya telah diblokir pemerintah dan dilarang untuk menyiarkan kejadian yang sebenarnya. Maka tidak salah apa yang dikatakan Tickle (dalam Krishna, 2001:235) yang menyimpulkan bahwa apakabar mengungguli suratkabar Australia dan Indonesia dalam hal “timeliness” (kecepatan/kebaruan) dan akurasi laporan-laporannya.

Paska peristiwa 27 Juli 1996 itu politik dalam “dunia maya” melalui internet semakin kental terlihat. Melalui internet, para pengguna Internet bebas berpolitik tanpa harus terkekang akan pengawasan dan sensor ketat di era Orde Baru. Masyarakat mulai berpendapat, berpikir kritis, dan bahkan menentang pemerintahan tanpa adanya regulasi terhadap semua itu. Perlahan batas-batas kekuatan rezim orde Baru mulai tumbang seiring dengan kekebalan internet yang mampu menangkal sensor dan pengawasan terhadapnya. Ini bukan kesalahan kita, karena teknologi memang berfungsi mendukung maupun menentang kepentingan kekuasaan lembaga dalam setiap jenis sistem ekonomi-politik.[14]

E. Kebijakan Mengenai Internet

Kehadiran internet dalam kehidupan manusia selain memberi dunia baru ternyata juga menimbulkan kekhawatiran baru bagi masyarakat serta Badan Pengatur Nasional maupun Internasional. Hal ini turut dirasakan pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru. Terjadi sebuah kerancuan mengenai departemen yang nantinya akan membawahi internet, apakah internet merupakan medium siaran yang akan berada di bawah Deppen, atau apakah internet sebagai sebuah perkembangan dari jasa pos yang nantinya akan ditempatkan di bawah Deparpostel.

Perbedaan kebijakan antardepartemen ini menggambarkan ketidaksiapan pemerintah pada masa itu dalam menanggapi datangnya arus globalisasi dengan segala kejutan-kejutan teknologinya. Akhirnya diputuskan satu kebijakan bahwa Internet berada di bawah tanggung jawab Deppen (Departemen Penerangan) dan Deparpostel (Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi). Namun pada kenyataannya kedua departemen tersebut tetap tidak mampu menerapkan regulasi yang kuat untuk mengontrol arus informasi dalam internet. Deppen sebagai departemen yang bertanggungjawab secara resmi terhadap isi Internet saja tampak mengalami kesulitan harus berhadapan dengan sebuah medium yang kemampuan siarannya melebihi semua media lain.[15]

RUU Penyiaran yang disusun pada Mei 1996 juga belum memberikan aturan tegas mengenai internet. Bagaimanapun, sangat sulit untuk membuat suatu aturan tegas untuk menegakkan pengawasan langsung atas pemakai Internet atau batasan terhadap situs-situs tertentu.

F. Media Online Pertama di Indonesia

Media Online di Indonesia kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk detikcom yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual detikcom adalah breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya detikcom melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet Indonesia.[16]

Detikcom barangkali merupakan media online Indonesia yang pertama yang di garap secara serius. Masa awal detikcom lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.[17]

G. Pengembangan Teknologi Berbasis Internet di Indonesia

a. e - Government

Di tahun 2000-an berbagai usaha mulai dilakukan untuk menginternetkan pemerintah baik di sisi proyek, maupun karena desakan masalah transparansi pada masyarakat. E-Government merupakan urat nadi pemerintahan. Meskipun masih relatif muda, namun tidak sedikit uang rakyat digunakan bagi pengembangan teknologi informasi bagi operasionalisasi pemerintahan dan pelayanan umum. Namun demikian, E-Government belum menunjukkan manfaat yang signifikan bagi efektifitas dan efisiensi jalannya pemerintahan dan pelayanan umum yang terbaik.
Otonomi daerah melahirkan persepsi dan komitmen yang sangat bervariasi dalam pengembangan E-Government daerah dan nasional. Kondisi ini menciptakan kesadaran bahwa dalam pengembangan e-government, panji-panji otonomi tetap harus berjalan pada koridor nasional. 27 Juni 2005 Bambang Dwi Anggono, membentuk mailing list egov-indonesia@yahoogroups.com tempat berdiskusinya para aktifis e-government Indonesia, pada pertengahan 2006 telah melibatkan hampir 400 aktifis di dalamnya. Mailing list egov-indonesia merupakan mailing list paling aktif diantara berbagai tempat diskusdi egov dan berusaha menjebatani keterbatasan kemampuan daerah & pusat melalui kebersamaan dan saling mendukung dengan mengesampingkan ego sektoral. Sinergi antara Akademisi, Bisnis dan Government diyakini akan mampu membawa E-Government ke arah yang lebih baik[18].

b. Indonesia Go Open Source (IGOS)

30 Juni 2004 dideklarasikan penggunaan dan pengembangan Open Source Software yang ditandatangani oleh : Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan Nasional. IGOS adalah gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah, oleh lima kementerian, yang merupakan sebuah kebijakan untuk mengadopsi Open Source dilingkungan pemerintah termasuk e-government[19]. Dimana semua kebijakan di lingkungan pemerintahan terbuka dan dapat di share dengan instansi lainnya.

c. Internet Pendidikan

Internet Pendidikan sejak awal merupakan inti proses pembangunan Internet di Indonesia. internet adalah media untuk mentransfer informasi & pengetahuan, konsekuensinya mereka yang terdidik atau berpendidikan yang akan dapat memanfaatkan Internet secara maksimal. Awal jaringan paket radio di Bandung tahun 1993-1995, telah mulai menyambungkan sekolah-sekolah seperti STM Pembangunan di Cimahi, UNPAD, UNPAR dan lain lain menggunakan walkie talkie ke gateway di ITB[20].

Melihat betapa pentingnya internet bagi perkembangan dan keberlangsungan dunia pendidikan maka salah satu perusahaan milik negara yakni Telkom mulai menyadari akan pentingnya literasi internet dan komputer di kalangan anak muda Indonesia yang menentukan masa depan Indonesia dan tentunya pasariInternet Indonesia. Tahun 2004, Telkom mulai mencanangkan program Internet Goes to School (IG2S) yang di pertengahan 2004 di mulai dengan program workshop / pelatihan Internet gratis di berbagai kota di seluruh Indonesia oleh DIVRE-DIVRE Telkom yang membuat ratusan ribu pelajar, guru bahkan mahasiswa Indonesia menjadi tahu internet. Kemudian hari di tahun 2005, beberapa DIVRE Telkom juga melakukan manouver untuk memberikan pinjaman lunak ke sekolah-sekolah yang ingin membangun Lab. Komputer-nya di sekolah[21].

d. Digital Library Indonesia

Tahun 1999-2000, Onno W. Purbo memperoleh amanah dari pimpinan ITB untuk duduk sebagai kepala perpustakaan pusat di ITB. Membawahi hampir 90 orang, dengan gaji bulanan yang sangat terbatas. Dengan dana pengadaan buku yang tidak sampai Rp. 3 juta / tahun. Dengan segala keterbatasan yang ada, perpustakaan pusat ITB tentunya harus dapat berkiprah dan memberikan manfaat bagi masyarakat ilmu pengetahuan di ITB maupun di Indonesia. Kebetulan di perpustakaan pusat ITB, terdapat beberapa komputer untuk automatisasi perpustakaan yang tidak jalan. Setelah dibicarakan dengan para petinggi perpustakaan pusat ITB lainnya, seperti, Nanan Hasanah, Atiek Suwandi, Mahmudin maka ruang komputer perpustakaan pusat ITB mulai dibuka untuk mahasiswa ITB yang ingin membantu proses pembuatan digital library di ITB. Ismail Fahmi, bekas ketua himpunan mahasiswa teknik elektro ITB merupakan salah seorang yang menjadi motor pembuatan digital library di perpustakaan pusat ITB. Usaha tersebut mulai membuahkan hasil. Tahun 1999, Ismail Fahmi memasukan proposal penelitian ke IDRC Singapura untuk membiayai pengembangan lebih lanjur software digital library tersebut. Proposal tersebut di terima, Ismail Fahmi, dan rekan-rekannya memperoleh dana cukup untuk mengembangkan software digital library yang di cita-citakan yang kemudian di kenali sebagai Ganesha Digital Library (GDL).. Versi GDL yang di kembangkan dengan biaya IDRC adalah GDL versi 3.1. Software tersebut di lepas sebagai open source software supaya banyak orang yang memperoleh manfaat dari digital library. [22]

III. Kesimpulan

Kini kita sadari bahwa internet telah menciptakan dunia baru bagi kehidupan manusia. Dapat dikatakan Internet adalah gudangnya informasi, mulai dari hal-hal besar sampai hal-hal kecil. Dengan datangnya internet, terdapat kemungkinan yang makin luas untuk belajar sepanjang hayat, baik secara formal maupun informal. Dengan mengakses internet beragam informasi dari seluruh dunia dapat kita peroleh. Internet dapat dikatakan sebagai alat bantu untuk menambah pengetahuan. Melalui internet, pemakai komputer di seluruh dunia dimungkinkan untuk saling berkomunikasi dan memakai bersama informasi, saling berkirim E-mail, terhubung ke komputer lain, mengirim dan menerima file, dan dapat membahas topik tertentu pada newsgroup.

Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa seiring perkembangan zaman internet mulai menunjukkan eksistensinya di berbagai aspek kehidupan. Melihat perkembangan internet dari sisi politik pada masa lalu misalnya, maka kita tidak bisa menganggap bahwa kehadiran internet saat itu menjadi penyebab runtuhnya rezim Soeharto. Namun lebih jauh lagi, kehadiran internet telah memberikan “nyawa” baru bagi masyarakat, mahasiswa, kaum oposisi untuk merasakan kebebasan melihat dunia, kebebasan untuk menyebarkan informasi, kritik, serta pandangan mereka setelah lama terkurung dalam pembatasan berekspresi yang diterapkan pemerintah Orde Baru. Saat ini semua telah berganti, Era Reformasi telah mengantarkan bidang teknologi dan informasi pada sebuah kebebasan berekspresi.

Di bidang pendidikan, pemerintahsemakin menyadari arti penting kehadiran internet. Jaringan internet mulai disebarluaskan hampir diseluruh pelosok negeri. Hal ini terbukti dengan seringnya kita melihat iklan layanan masyarakat di televisi bertajuk “Internet Masuk Desa”. Di kalangan perguruan tinggi pun fasilitas internet kini bukan merupakan hal asing lagi. Hal tersebut ditunjukkan dengan mudahnya para civitas akademika berbagai perguruan tinggi memanfaatkan jasa internet dalam segala kegiatan,terutama yang berhubungan dengan bidang akademis.

Internet sebagai media komunikasi yang mampu memenuhi kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya pada akhirnya nanti dapat menjadi sebuah kebutuhan yang tergolong primer dalam jajaran media komunikasi massa di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan adanya fakta bahwa internet mampu memberikan informasi dengan cepat, yang tentunya hal ini menjadikan manusia semakin terbawa arus untuk selalu menuntut mendapatkan informasi dengan cepat pula, yang tentunya tidak dapat diperoleh dari media lain yang ada selama ini.

Tentunya kita berharap kehadiran internet di Indonesia dapat memberikan warna baru dalam sejarah media massa bangsa ini. Keberadaannya sebagai media baru seharusnya tidak menyebabkan timbulnya masalah baru, tetapi justru dapat memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang menempa Indonesia. Pada akhirnya nanti internet juga dituntut untuk turut berperan dalam pendewasaan dan proses pembentukan karakter bangsa sehingga menuju bangsa Indonesia yang lebih baik yang mampu bersaing di era global.



[1] Jaringan komputer merupakan penghubungan beberapa komputer memakai kabel dalam satu lokasi, misalnya dalam satu gedung atau dapat diartikan sebagai suatu himpunan interkoneksi sejumlah komputer otonom. Jaringan semacam ini berfungsi agar pengguna komputer bisa bertukar informasi dan data dengan pengguna komputer lainnya. Lihat pada: Fairus N.H. 2005. Mahir Mnggunakan Internet. Jakarta: Ganeca Exact. Hal. 2

[2] Lihat pada http://hengki-pulsa.blogspot.com/2007/08/sejarah-internet.html

[3] World Wide Web atau yang sering disingkat WWW adalah layanan yang paling sering digunakan dan memiliki perkembangan yang sangat pesat karena dengan layanan ini, anda bisa menerima informasi dalam berbagai format. Lihat pada Fairus N.H. Op Cit. Hal. 58.

[4] Lihat pada: http://diansidik.wordpress.com/2006/09/09/sejarah-perkembangan-internet/+perkembangan+internet&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id

[5] Fairus N.H. Op Cit. Hal. 28.

[6] Information Superhighway merupakan jaringan data elektronik yang dihasilkan oleh teknologi komunikasi yang canggih, yang menghasilkan berbagai bentuk informasi dari seluruh pelosok dunia, dan bisa diakses dengan menggunakan vidio dan komputer. Penjelasan lengkap tentang Information Superhighway dapat dilihat di Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi; Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : LESFI. Hal 93-107.

[7] Krishna Sen dan David T. Hill. 2001. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia. PT. Media Lintas Inti Nusantara. hal. 229

[8] Krishna Sen dan David T. Hill. OpCit. hal 230

[9] Pada awalnya internet di indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network, dimana semangat kerjasama, kekeluargaan, dan gotong royong sangat hangat dan terasa diantara pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia pada perkembangannya yang kemudian terasa lebih komersial dan individual di sebagian aktivitasnya, terutama yang melibatkan perdagangan Internet. Lihat pada: http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet_Indonesia

[10] Informasi mengenai penggunaan internet di Indonesia yang terdapat pada bagian ini dapat dilihat pada: http://www.goechi.com/newsletter.html+perkembangan+internet&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id

[11] Krishna Sen dan Davit T. Hill. OpCit. hal.229-230

[12] Krishna Sen dan Davit T. Hill. OpCit. hal 231

[13] Krishna Sen dan Davit T. Hill. OpCit. hal 233

[14] James Lull. 1998. Media Komunikasi Kebudayaan : Suatu Pendekatan Global. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal.167

[15] Krishna Sen dan Davit T. Hill. OpCit hal 239

[16] Indonesia Internet History Wikipedia “Sejarah detikcom”

[17] Indonesia Internet History Wikipedia “Sejarah Lahirnya detikcom”

[18] Indonesia Internet History Wikipedia “Sejarah e-government”

[19] Indonesia Internet History Wikipedia “Sejarah Indonesia Go Open Sources”

[20] Indonesia Internet History Wikipedia “Internet Pendidikan”

[21] Indonesia Internet History Wikipedia “Internet Goes To School”

[22] Indonesia Internet History Wikipedia “Digital Library Indonesia”


Daftar Pustaka

N, Fairus H. 2005. Mahir Mnggunakan Internet. Jakarta: Ganeca Exact.

Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI.

James, Lull. 1998. Media Komunikasi Kebudayaan : Suatu Pendekatan Global. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal.167

Sen, Krishna, dan Davit T. Hill. 2001. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia. PT. Media Lintas Inti Nusantara.

http://hengki-pulsa.blogspot.com

http://diansidik.wordpress.com

http://www.goechi.com

http://id.wikipedia.org


Tidak ada komentar:

Posting Komentar